Melihat Masyarakat dari Gejala Skizofrenia Buku ini berisi biografi, catatan intelektual, petualangan, dan psikologi Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Ini semi biografi perjalanan hidupnya. Sarlito lahir dari keluaga biasa. Kakeknya masinis kereta api. Bapaknya, Sarwono Prawiroatmodjo berasal dari Cilacap, Jateng. Tamat sekolah menengah pertama di Cilacap, Sarwono ke Jakarta sekolah di AMS (SMA sekarang). Lulus AMS dia mendaftar ke UI dan ITB, diterima semuanya. Tapi Sarwono memilih Fakultas Kedokteran UI.
Dari Sarwono inilah terjadi lompatan kondisi sosial keluarga dari kelas bawah yang miskin di Cilacap menjadi menengah atas di Jakarta. Setelah menjadi dokter, Sarwono mempersunting Sri Sophie, putri pasangan tokoh pergerakan kemerdekaan Raden Gunawan dan Siti Zahra yang saat itu (tahun 1940-an) sudah punya hotel di Kwitang, Jakarta (hal. 2). Sarlito Wirawan adalah anak pertama Sarwono. Tidak seperti bapaknya yang berjuang keras untuk naik ke golongan menengah atas dengan susah payah (sampai sering kelaparan dan tidur di emper toko demi menyelesaikan kuliah di Fakultas Kedokteran UI), Sarlito tinggal memetik buahnya. Sarlito amat mengagumi perjuangan kedua orangtua dalam mengelola keluarga dengan tujuh anak. Dari kisah perjalanan masa kecil, Sarlito menceritakan pengalaman sekolahnya. Juga saat dia aktif di kampus, kancah politik, sampai bertemu istri. Tapi tidak seperti buku biografi umumnya, di bagian belakang buku, Sarlito banyak menyoroti perilaku sosial masyarakat Indonesia. Menurutnya, fenomena masyarakat sekarang mirip gejala-gejala skizofrenia. Masyarakat saat ini tengah menderita sociophrenia. Contoh tokoh politik dari partai ABG (Alim, Bersih, dan ngGak macem-macem), tiba-tiba pimpinan puncaknya ditangkap KPK karena korupsi daging sapi. Padahal, presiden partai ABG ini ahli agama, lulusan King Abdul Aziz University, Saudi Arabia (hal. 233). Contoh lain, kasus Bank Century, Hambalang, Anas Urbaningrum, pengusiran orang Syiah di Sampang (Madura), dan lain-lain. Muncul pertanyaan: mana persatuan Indonesia, mana kemanusiaan, mana keadilan sosial? Masyarakat yang terkena penyakit sociophrenia, tak punya urusan dengan Pancasila. Yang penting, kekuasaan dan uang. Cara mencarinya seperti orang gila. Dampaknya pun masyarakat jadi gila alias sociophrenia. Buku ini, di samping menyajikan “tulisan” hasil wawancara Orchida Ramadhania (menantunya) dengan Sarlito, juga memuat beberapa artikel Guru Besar Psikologi UI itu (yang pernah dimuat di beberapa media masa nasional). Meski tulisannya kadang nyleneh, tak mengurangi bobot ilmiahnya. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini mulai dari masalah keluarga, organisasi, negara, bahkan agama. (Dr. Ir. Nyoto Santoso) , Orchida Ramadhania (2015), "Sociophrenia; Perjalanan & Pemikiran", Kompas, 978-979-709-924-4: 276 Halaman.
|