Membaca Peluang Bisnis dengan Gerobak Buku ini mengulas bahwa menawarkan produk sederhana menggunakan gerobak sekali pun dapat membuka keran rezeki. Bisnis dengan gerobak di pinggir jalan janganlah dipandang sebelah mata. Banyak usahawan sukses berjualan di tempat-tempat strategis ramai orang.
Persoalannya, pebisnis gerobakan hanya kurang modal. Yang perlu diingat, setiap usaha atau bisnis membutuhkan ketekunan dan keuletan. Tak sekadar berjualan, pemilihan produk dan peluang pasar turut menentukan. Selain itu, kunci bisnis dengan gerobak memahami pengetahuan produk dan promosi secara cerdas. Contoh, susu sapi lebih murah, tetapi susu kedelai lebih aman dan menyehatkan. Pengetahuan ini perlu dimiliki agar bisa menawarkan produk secara pas. Selain bagus untuk kulit, susu kedelai bisa dikonsumsi penderita kolesterol dan tekanan darah tinggi. Apabila ditargetkan laku 80 gelas per hari, modal awalnya bisa kembali dalam dua bulan. Modal sekitar tiga juta rupiah antara lain untuk membeli gerobak, blender, peralatan minum, meja, dan kursi. Biaya operasional setiap bulan sekitar dua juta rupiah. Segelas dibanderol 2.000, sebulan ada pemasukan 4,8 juta rupiah. Keuntungan bersih sekitar 2,8 juga. Banyak membuka usaha gagal karena menuruti keinginan membelanjakan uang lebih dari separuh keuntungan. Sebelum modal awal kembali, uang terpakai sampai habis. Akhirnya, setiap berjualan sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka, manajemen keuangan diperlukan. Bisnis dengan gerobak juga bisa berupa makanan seperti pisang goreng crispy, jamur crispy, donat bakar, macaroni goreng, keripik tempe, rempeyek kacang hijau, kerupuk balado, dan sebagainya. Berjualan singkong keju, misalnya, prospeknya sangat cerah. Makanan ini dinikmati semua kalangan. Syaratnya menguasai teknik membuat singkong keju yang lezat dan nikmat. Dia juga harus kreatif dalam membuat variasi rasa, kemasan, promosi, dan pemilihan lokasi. Modal awal cukup 6 juta rupiah untuk mengadakan gerobak, alat masak, dan tenda. Ari Prasetyo dari Bandung bisa menjadi inspirasi bisnis singkong keju gerobak. Kini, omzetnya 30 juta sampai 50 juta sebulan. Saking larisnya, dalam waktu dua hari mampu menghabiskan 700 kg singkong dan 3,5 kg keju kraft. Dedi asal Jakarta juga sukses berjualan singkong keju. Singkong ukuran kecil dibanderol 5000 rupiah. Yang besar 7.000. Sehari, dia menghabiskan 2 kuintal singkong dan 3 kg keju. Dengan modal 6 juta, dia meraup untung 500.000 hingga 1 juta sehari. Dia hanya membutuhkan waktu tiga bulan mengembalikan modalnya (hlm. 14-15). Usaha pisang cokelat bisa pula dicoba. Sampai kini usaha tersebut belum memenuhi kebutuhan konsumen dalam lingkup yang sangat luas. Harga pisang cokelat terjangkau, 500 sampai 1.000 perpotong. Asumsi modal sekitar 3 juta untuk membeli gerobak, alat masak, dan perlengkapan lain. Aris Susilo sukses dengan usaha ini. Usahanya diberi nama Piscok Meleerr berpusat di Kranji, Bekasi, Jawa Barat. Bahkan, kini, dia sudah mewaralabakan usahanya. Dia sudah mempunyai 14 gerai dan 11 di antaranya milik mitra (hlm. 33). Dari banyak jenis usaha menggunakan gerobak dapat dipilih salah satu atau mengombinasikan beberapa jenis sekaligus. Tentunya harus sesuai dengan selera, keahlian, dan hobi agar enjoy menjalankannya. Di dalam buku ini, tiap jenis usaha dengan gerobak dibahas gambaran umumnya, target pasar dan prospeknya. Kemudian peralatan yang diperlukan, sampai simulasi modal usaha. (Dwi Priyanto - sumber: www.koran-jakarta.com) , Deni Handoko (2015), "Dulang Rupiah dari Bisnis Gerobak", Flash Books, 978-6022-558-31-6: 216 Halaman.
|