Pelajaran Nasionalisme dalam Kisah-Kisah Fiksi Kumpulan cerpen Semua untuk Hindia memberi sejumlah pelajaran sejarah. Buku berisi 13 cerpen dengan latar belakang masa Hindia Belanda ini mengaitkan fiksi dengan sejarah yang diramu menjadi peristiwa utuh seperti adegan film pendek, di antaranya Pelayaran Cornelis de Houtman ke Nusantara (1596), Pemberontakan Untung Suropati (1680-an), Pembantaian Orang China di Batavia (1740), Jatuhnya Batavia dari Belanda ke Inggris (1811), Pengasingan Diponegoro ke Manado (1830), dan Ratu Adil di Banten (1888).
Cuplikan sejarah di dalamnya tidak dikisahkan dalam pelajaran umum. Nirwan Dewanto dalam pengantar menyebutnya sebagai celah-celah kosong yang tak tersentuh sapuan besar. Misalnya dalam Selamat Tinggal Hindia, yang berlatar Batavia jatuh dari Belanda ke Jepang, mengisahkan seorang perempuan Belanda, Maria Geertruida Welwillend, lahir di Gunung Sahari.
Ketika terjadi pertempuran, Martinus, meski warga Belanda, namun pro-Nusantara, ingin menyelamatkannya dengan memintanya pergi meninggalkan Hindia Belanda. Ternyata, Geertje bukan wanita keturunan Belanda biasa. Dia justru mengumandangkan propaganda anti-NICA lewat radio.
Ada dugaan bahwa Nona Geertje alias “Zamrud Khatulistiwa” alias “Ibu Pertiwi”, yaitu nama-nama yang sering kami tangkap dalam siaran radio gelap belakangan ini, telah berpindah haluan, (halaman11).
Cerpen dalam buku ini tetaplah karya fiksi. Maka kehadiran tokoh-tokoh baru, entah itu pernah sungguh-sungguh hidup atau hanya imajinasi tak perlu dianggap sebagai sebuah fakta. Penulis tetap memakai imajinasi untuk menghidupkan kisah di dalamnya. Kehadiran sopir Martinus bernama Dullah dalam cerpen Selamat Tinggal Hindia, serta perselingkuhan antara Sarni dan Adang dalam cerpen Stambul Dua Pedang bisa jadi hanya cerita sempalan hasil elaborasi.
Tema-temanya menyangkut kisah pemberontakan, perang, perselingkuhan, cinta, wabah penyakit, atau sekadar penyiksaan tahanan. Tetapi, tujuan karya-karya tersebut mau mengisahkan fragmen sejarah yang hampir terlupa. Mungkin hanya di cerpen Semua untuk Hindia pembaca dapat merasakan ada kisah cinta antara Anak Agung, istri Suandani, dan prajurit Belanda saat Perang Puputan. Atau kisah seorang prajurti Belgia yang menerima kebaikan Pangeran Diponegoro.
Meskipun fiksi, cerpen-cerpen mengingatkan peristiwa-persitiwa sejarah yang tak masuk dalam pelajaran sekolah. Dalam arti tertentu buku juga bisa meningkatkan rasa nasionalisme karena kebanyakan tokohnya pro-Indonesia. (Teguh Affandi - sumber: www.koran-jakarta.com)
Judul | : Semua untuk Hindia | Penulis | : Iksanu Banu | Penerbit | : Kepustakaan Populer Gramedia | Tahun | : 2014 | Genre | : Kumpulan Cerita Pendek | Tebal | : 154 Halaman | ISBN | : 978-979-9107-10-7 |
|